loyalitas dan rekomendasi sosial



A.    Pengertian Loyalitas
Loyalitas memliki kata dasar loyal yang berarti setia. Pengertian loyalitas menurut Oxford Dictionary adalah mutu dari sikap setia (loyal). Sedangkan loyal didefinisikan sebagai tindakan memberi atau menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang, institusi maupun berupa barang. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian loyalitas adalah kepatuhan atau kesetiaan.[1]
Loyalitas pelanggan merupakan perilaku yang terkait dengan merek sebuah produk, termasuk kemungkinan memperbarui kontrak dimasa yang akan datang, berapa kemungkinan pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek, berapa kemungkinan keinginan pelanggan untuk meningkatkan citra positif suatu produk. Jika produk tidak mampu memuaskan pelanggan, pelanggan akan bereaksi dengan cara exit (pelanggan menyatakan berhenti membeli merek atau produk) dan voice (pelanggan menyatakan tidakpuasan secara langsung pada perusahaan).
Oliver (1999) mendefinisikan loyalitas sebagai komitmen yang dipegang teguh untuk membeli kembali produk atau jasa yang lebih disukai secara konsisten di masa depan, sehingga menyebabkan pembelian berulang pada merek yang sama, meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran memiliki potensi untuk menyebabkan perpindahan perilaku.Definisi ini menekankan pada dua aspek utama dari loyalitas merek yang telah menjadi perhatian penelitian sebelumnya tentang aspek perilaku dan aspek sikap. Aspek perilaku mengacu pada pembelian ulang atas merek, sedangkan aspek sikap loyal mengacu pada tingkat disposisional komitmen (terkait dengan beberapa hal yang menjadi nilai khas merek).[2]
Menurut Subagyo (2010) berpendapat bahwa “Loyalitas pelanggan merupakan pembelian ulang sebuah merek secara konsisten oleh pelanggan.” istilah loyalitas sudah sering diperdengarkan oleh pakar marketing maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya. Menurut Hasan (2008) dalam banyak literatur mengemukakan definisi loyalitas sebagai berikut:
a.       Sebagai konsep generik, loyalitas merek menunjukkan kecenderungan konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
b.      Sebagai konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan dengan loyalitas merek (Brand Loyalty).
B.     Ciri-ciri pelanggan bisa dikatakan loyal
Pemahaman loyalitas pelanggan sebenarnya tidak hanya dilihat dari transaksinya saja atau pembelian berulang (repeat customer). Ada beberapa ciri sebuah pelanggan bisa dianggap loyal, antara lain:[3]
1.      Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur
2.      Pelanggan yang membeli untuk produk yang lain ditempat yang sama
3.      Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain
4.      Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah
Customer loyal merupakan invisible advocate bagi kita. Mereka akan berupaya membala produk kita dan secara sukarela akan selalu berusaha merekomendasikan kepada orang lain. Secara otomatis rekomendasi positif akan bekerja. Contoh: seorang ibu yang merasa puas dengan susu bayi tertentu, maka suatu saat meskipun dia sudah tidak menyusui dia dengan semangatnya akan menganjurkan susu yang dia pakai tersebut.
Sedangkan dimensi loyalitas ada 4, yaitu: Transaction, Relationship, Partnership dan Ownership. Bahwasannya ketika pelanggan loyal, maka tidak hanya meraka ingin bertransaksi tetapi juga berelasi, menjalin kerjasama bahkan mungkin ingin memiliki. Misalkan dengan membeli saham/obligasi.
Loyalitas pelanggan merupakan kekuatan kita dalam menciptakan barrier to new entrans (menghalangi pemain baru masuk). Dalam rangka menciptakan customer loyalty maka perusahaan harus berpikir untuk dapat menciptakan customer satisfaction terlebih dahulu. Salah satunya yaitu melalui Relationship Marketing yang tidak hanya mengutamakan pada bagaimana menciptakan penjualan saja tetapi bagaimana mempertahankan pelanggan dengan dasar hubungan kerjasama dan kepercayaan supaya tercipta kepuasan pelanggan yang maksimal.
C.    Loyalitas Merek
Konsumen yang merasa puas, selanjutnya akan menjadi konsumen yang loal terhadap produk atau merekyang dikonsumsi, dengan cara membeli ulang produk tersebut. Konsumen yang loyal menjadi harapan bagi setiap produsen. Untuk mendukung hal tersebut, produsen melakukan komunikasi pemasaran dalam rangka menciptakan loyalitas merek.
Loyalitas merek (brand loyalty) diartikan sebagai sikap positif  seorang konsumen terhadap suatu merek, sehingga konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada saat sekarang maupun masa yang akan datang. Loyalitas merek sangat terkait dengan kepuasan konsumen. Semakin puas konsumen terhadap suatu merek, akan semakin loyal terhadap merek tersebut.[4]
Dalam Ujang Sumarwan (2002), Mowen dan Minor (1998) mengemukakan bahwa ada dua pendekatan untuk memahami loyalitas merek, yaitu dengan pendekatan perilaku dan pendekatan sikap. Pendekatan perilaku melihat loyalitas merek berdasarkan kepada pembelian merek.
Pendekatan perilaku tidak mengungkapkan alasan mengapa konsumen menjadi loyal terhadap suatu produk dan merek. Pembelian merek yang sama terus menerus selama periode tertentu tidak menggambarkan loyalitas merek yang sesungguhnya atau hanya pembelian ulang. Pembelian ulang hanya menggambarkan perilaku membeli yang berulang terhadap suatu merek, tidak mencerminkan perasaan konsumen terhadap merek tersebut. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, maka dikembangkanlah pendekatan kedua, yaitu pengukuran sikap terhadap loyalitas merek. Pendekatan ini menetukan loyalitas merek berdasarkan sikap konsumen dan perilakunya. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek adalah konsumen yang menyatakan sangat menyukai merek tersebut dan kemudian membeli dan menggunakan merek tersebut. Loyalitas merek akan menyebabkan munculnya komitmen merek, yaitu kedekatan emosional dan psikologis dari seseorang terhadap suatu produk.
D.    Rekomendasi Sosial
Rekomendasi Positif secara umum didefinisikan sebagai jenis komunikasi informasi antara beberapa pihak tentang evaluasi barang dan jasa dan dianggap sebagai salah satu kekuatan besar di pasar.rekomendasi digunakan untuk memfasilitasi penjualan beberapa produk, seperti film atau mobil. Pentingnya rekomendasi didasarkan pada kenyataan bahwa pilihan konsumen biasanya sangat dipengaruhi oleh rekomendasi terutama ketika pembelian tersebut dianggap penting. Hal ini dijelaskan dan didukung fakta bahwa konsumen lebih memilih mengandalkan sumber informal dan komunikasi pribadi dalam melakukan keputusan pembelian dan bukan pada sumber formal dan organisasi seperti kampanye iklan. Rekomendasi sangat efektif karena sumber informasi tersebut tidak menguntungkan dari tindakan konsumen berikutnya dan sebagai hasilnya. Konsumen menghargai rekomendasi karena dipandang lebih handal dan dapat dipercaya daripada sumber informasi lain.[5]
Rekomendasi dalam pemasaran, meliputi berbagai subkategori, termasuk buzz, blog, viral, grassroots, brand advocates, cause influencers and sosial media marketing, ambassador programs. Karena sifat pribadi dari komunikasi antar individu, maka diyakini bahwa produk informasi yang dikomunikasikan dengan cara ini akan memiliki lapisan tambahan kredibilitas. Poin penelitian untuk individu yang lebih cenderung percaya bahwa rekomendasi dapat menjadi bentuk yang lebih formal dengan metode promosi dan menerima kata rujukan dari mulut ke mulut, cenderung lebih percaya bahwa komunikator berbicara jujur dan tidak mungkin memeiliki motif tersembunyi. Rekomendasi tergantung pada tingkat kepuasan pelanggan dengan produk ataupun layanan, dan pada tingkat nilai yang dirasakan.
Untuk mempromosikan dan mengelola rekomendasi, pemasar bisa dengan menggunakan teknik publikasi serta metode viral marketing untuk mencapai respon perilaku yang diinginkan. Perusahaan dapat fokus pada Advokasi Merek, orang-orang yang secara proaktif merekomendasikan merek favorit mereka dan produk secara online maupun offline tanpa dibayar untuk melakukannya. Pemasaran influencer juga bisa digunakan untuk rekomendator dan menargetkan individu kunci yang memiliki otoritas dan sejumlah besar koneksi pribadi.


[1] http://www.ciputra-uceo.net/blog/2015/11/19/pengertian-loyalitas-dan-serba-serbi-pengertian-loyalitas-karyawan
[2] Ekawati R Ningsih, perilaku konsumen, Nora Media Enterprise, Kudus,2013.Hlm 205
[3] http://arieplie.blogspot.ae/2015/04/pengertian-loyalitas-menurut-ahli.html?m=1
[4]Op.Cit., Hlm 207
[5] Op,Cit., Hlm 211

Comments

Popular Posts